Semalaman aku gak bisa tidur memikirkannya,,,
Tahu Sutra itu enak sekali. Aku pertama kali memakannya di Pulau Dewata sekitar 5 tahun yang lalu. Rasanya gurih dan teksturnya halus, di mulut lembut sekali. Mau dioseng atau sekedar digoreng biasa, sudah sangat lezat...Hhmmm...
Sambil membayangkan tahu sutra yang enak itu, aku berimajinasi membuka sebuah resto “Tahu Sutra“ di daerah Jakarta Pusat. Aku mempersiapkan semuanya, mulai dari cara membuatnya, kedelai itu diinjak-injak, digiling lalu diperas, diberi bumbu dan ragi. Kemudian dimasak beraneka macam jenis, ada sup tahu, tahu isi keju, tahu goreng polos, tahu melilit sosis, dan aneka masakan tahu lainnya. Kemudian aku juga mulai mendesign tempat restonya. Ada dua lantai, yang di bawah ada yang lesehan ada juga yang pakai sofa maupun kursi kayu biasa, ruangan samping yang di luar untuk smoking room, lantai atas untuk sky dinning, diberi atap kaca jadi bisa makan sambil melihat bintang kalau malam. Aku juga memikirkan manajemennya, mulai dari cara pemesanan makanan, cara bayar di kasir, sampai cara keluar masuk restonya (rencananya sih pintu keluar dan pintu masuk dipisah). Pokoknya keren dech, sampai akhirnya resto itu sangat terkenal dan membuka cabang dimana-mana.
Akhirnya goalnya adalah “Banyak sekali ‘Rp’ yang kuperoleh…!!!”
Kemudian aku juga berkhayal punya usaha loundry sampai 10 cabang yang semuanya ramai dan terkenal (terinspirasi dari salah seorang kasi di kantorku). Dan lagi-lagi goalnya adalah “Banyak sekali ‘Rp’ yang kuperoleh…!!!”
----------------
Keesokan paginya aku merasa letih dan ngantuk, semalaman gak bisa tidur cuma gara-gara memikirkan ‘uang’, bagaimana caranya membuka usaha dan berinvestasi bla bla bla…
Padahal selama 3 minggu ini aku beberapa kali mendengarkan khotbah mengenai uang. Dimulai dari Persekutuan Abdi Bangsa (PAB) 30 Mei lalu yang membahas tentang bagaimana mengelola keuangan keluarga PNS, kemudian PAKJ Pusat 5 Juni ttg Meniti Prestasi Dalam Bidang Pekerjaan. Yang terakhir hari Jumat kemarin di PAKJ Barat, sebenarnya c temanya simplify your life tp justru banyak dibahas tentang gaya hidup hedonisme gitu. Waktu PAB aku mendengarkan kesaksian yang begitu indah dari pembicaranya, mereka suami istri yang hidup sangat sederhana dalam kelimpahan mereka. Setia memberikan perpuluhan (bahkan lebih) dari setiap penghasilan apapun yang diterimanya. Sebagai seorang pejabat eselon II Deplu, beliau hidup dengan sangat sederhana, bahkan rumahpun mereka belum punya. Dan yang sangat mengharukan, dalam setiap kondisi mereka selalu mencintai Kristus, bahkan sekalipun mereka belum dikaruniai anak, cinta mereka tidak berkurang sedikitpun kepada Kristus.
Kemudian aku bandingkan dengan sharing Ayen waktu PAKJ Barat, dia bercerita tentang temannya yang teramat sangat kaya sampai bingung mau diapakan uangnya. Dia sangat royal dalam memberi persembahan maupun menjadi donatur-donatur, memberi orang lain yang berkekurangan, tapi gaya hidupnya juga lumayan ‘hedon’. Dia bisa menghabiskan uang jutaan untuk sekali semir rambut, ganti-ganti gadget sesuka hati, tiap hari ke mall beli sepatu, tas, maupun baju baru dengan merk terkenal yang mahal-mahal.
Apakah itu salah…???
----------------
Beberapa Pembicara sering mengatakan: “uang itu tidak bersalah, mencari uang juga tidak salah tapi yang salah adalah cinta uang !! Karena akar dari segala kejahatan adalah cinta uang…!!!
Yup, benar sekali ! Cinta uang membuat orang gila, sampai rela melakukan apapun juga untuk mendapatkannya. Rela menjual diri, menjual harga diri, bahkan menjual iman. Orang dikuasai oleh berbagai-bagai nafsu karena memburu uang. Bahkan di beberapa daerah orang rela membayar 70-80 juta demi bisa menjadi pegawai negeri, demi mendapatkan penghasilan tetap, uang di tiap bulannya. Bayangkan saja kalau mereka nanti menjadi pegawai negeri dan punya kedudukan juga, berapa banyak uang yang berusaha mereka ambil kembali…ckckck…
Mencari uang itu gak salah, bahkan Paulus mengatakan “jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan” (2 Tes 3:10). Allah juga memerintahkan kita untuk bekerja (mengusahakan bumi) Kej 2:15. Tapi yang seringkali kurang tepat adalah caranya mencari uang. Bang Peter J. pernah mengatakan, “bekerjalah menurut panggilan Allah bagi kita”. Bila kita dipanggil sebagai PNS, hendaklah kita bekerja sebagai PNS yang baik. Lalu tidak bolehkah kita punya usaha sampingan? Tentu saja boleh, asal pekerjaan utamanya tidak terabaikan dan usaha itu baik untuk mendukung pekerjaan utamanya. Seperti Paulus yang bekerja sebagai pembuat tenda, pekerjaan itu dia pakai untuk mendukung pelayanannya mengabarkan injil. Dia tahu apa prioritasnya, yang tidak fana dan menjadi harta yang kekal.
----------------
Kalau dipikir-pikir, sebenarnya gak ada kenikmatan (baca: kebahagiaan) sejati yang bisa dibeli dengan uang. Uang bisa membeli pria/wanita, tapi tidak bisa membeli cinta mereka. Uang bisa membeli kasur paling empuk di dunia, tapi tidak bisa membeli tidur nyenyak. Uang bisa membeli rumah mewah, tapi tidak bisa membeli rasa aman dan nyaman. Uang bisa membeli obat-obatan dan biaya RS yang sangat mahal, tapi tidak bisa membeli kesehatan.
Lebih baik sekerat roti yang kering disertai ketentraman, dari pada makanan daging serumah disertai dengan perbantahan (Ams 17:1).
Sebagai anak magang, uang 850 ribupun menjadi cukup ketika dinikmati dengan penuh ucapan syukur. Di akhir pekan tidak perlu jalan-jalan ke mall, makan di restoran mahal, atau nonton film terbaru di bioskop. Pulang dari gereja cukup nonton film pakai laptop temen, masak orek tempe dan oseng kangkung berdua sama pacar, sorenya joging di monas trus makan nasi + tempe orek bekal yang dibawa dari kost. Setelah itu, nonton air mancur bergoyang, wah indahnya…!!!
Semuanya itu sudah sangat membahagiakan. Week end selalu bisa menjadi moment yang special tanpa perlu merogoh kocek yang terlalu dalam. Asalkan bisa melewatinya bersama orang terkasih dan menikmatinya dengan penuh ucapan syukur.
Seperti Paulus telah mencukupkan diri dalam segala keadaan (Flp 4:11), anak magangpun perlu mencukupkan diri dalam segala keadaan…hehehe…
Dan akhirnya, inilah doaku:
Tuhan,
janganlah membuatku terlalu kaya, sampai aku tidak lagi mengandalkan kekuatan-Mu, tetapi hartaku;
janganlah membuatku terlalu kaya, sampai aku tidak lagi mengingat-Mu, tetapi hartaku;
janganlah membuatku terlalu kaya, sampai aku tidak lagi mencintai-Mu, tetapi hartaku.
Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah (Luk 18:25), karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada (Luk 12:34)
Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya (Mat 6:19), tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Mat 6:33).
Eliani Angga Safitri
0 komentar:
Posting Komentar